Rabu, 24 Februari 2010

Angguk dan Geleng : Bouncing - Penggunaan Flash External

Dalam fotografi, faktor utama yang dibutuhkan dalam membentuk gambar adalah cahaya. Pada kondisi tertentu, cahaya yang tersedia di dalam ruangan / framing bisa saja kurang dari yang diperlukan oleh kamera, sehingga kita membutuhkan sumber cahaya tambahan. Salah satu sumber cahaya tambahan yang paling mudah dibawa dan digunakan adalah Flash.

Hampir semua kamera memiliki Flash built in yang menempel langsung dan dikontrol oleh kamera. Selain Power (GN Number), dan fitur yang ditawarkan pun beragam, mulai dari TTL, Red-eye reduction, dsb. Akan tetapi, sebagus apapun flash built in, anda akan sering mendapati bahwa gambar yang dihasilkan terlalu terang di foreground. Warna yang didapatkan juga jadi terlalu mencolok, dan terlihat mengkilat/bercahaya melebihi yang seharusnya. Apabila yang kita potret adalah seseorang dengan wajah berminyak, maka hasil yang didapat akan sangat tidak menyenangkan.

Biasanya hal ini terjadi saat Flash anda arahkan langsung ke arah subject. Dalam kasus flash built-in, mau tidak mau anda harus mengarahkan flash lurus ke arah subject (walaupun masih bisa anda akali dengan membuat reflektor sendiri). Apabila hasil yang anda peroleh tidak memuaskan, anda bisa menabung untuk berinvestasi pada alat tambahan berupa Flash external.

Fitur dasar yang anda butuhkan pada flash external untuk menanggulangi problem cahaya yang terlalu tajam adalah Swivel/Tilt/Rotate (alias angguk dan geleng ). Kepala dari flash harus bisa "mengangguk" : diarahkan sudutnya secara vertical (sampai 90 derajat), dan "menggeleng" : diputar kiri kanan (biasanya 90 derajat kiri, 180 derajat kanan, atau sebaliknya). Pengaturan ini sangat berguna untuk teknik yang biasa disebut bouncing.

Pada bouncing, cahaya flash tidak langsung diarahkan ke subjek, akan tetapi di-pantulkan (bounce) ke bidang yang dijadikan reflektor. Lazimnya bidang yang digunakan adalah plafon (atap), dan dinding, selama keduanya memiliki tekstur dan warna yang sesuai. Cahaya yang sampai ke subjek akan lebih lembut dan merata (diffuse).

A. Metode Bounce
Beberapa contoh cara bouncing yang bisa digunakan / dikombinasikan :

1. Bouncing Atap (Ceiling)
Anda bisa mengarahkan Flash 90 derajat ke atap, dan efek yang ditimbulkan adalah cahaya yang relatif merata pada seluruh ruang. Pada saat kamera anda gunakan dalam posisi portrait, anda bisa menggunakan fitur "geleng" untuk mengarahkan flash ke atap.

2. Bouncing Sebagian (Semi)
Pada teknik ini, flash head diarahkan menyudut ke atas tapi bukan tegak lurus, semisal 60 derajat. Efek yang dihasilkan adalah adanya sebagian karakteristik dari Bouncing Tegak Lurus, dan sebagian lagi mirip flash yang diarahkan langsung.

3. Bouncing Dinding
Anda bisa mengarahkan flash ke dinding yang "sebisa mungkin" berwarna putih dan memperkirakan arah pantulan cahaya ke subject. Anda bisa mengatur sudut dan jenis permukaan pantul yang digunakan, dan hasilnya akan sangat bervariasi.

4. Penggunaan Bouncing Card
Saat anda memotret seseorang dengan Bouncing Atap, anda terkadang menemui bagian muka dan leher menjadi agak gelap. Untuk itu anda butuh cahaya yang arahnya ke area tersebut dengan intensitas yang cukup, tidak berlebih. Anda bisa menggunakan bouncing card untuk memantulkan sebagian cahaya keluaran flash dan mengarahkan ke area yang membutuhkan. Untuk jumlah cahaya yang dikeluarkan, bisa anda atur dari tinggi card yang terkena cahaya flash.

Personally, metode flash paling aman yang sering saya gunakan adalah Bouncing Atap + Bouncing Card. Silahkan anda mencoba dan menggunakan sesuai kebutuhan.


B. Kebutuhan Kekuatan flash untuk Bounce

Angka kekuatan cahaya pada flash sering disebut dengan GN (Guide Number). Angka ini merepresentasikan jarak yang bisa ditangani dengan aperture penuh. Rumus yang lazim digunakan adalah GN = Aperture (F Number) x Jarak Objek. 
Apabila Flash anda memiliki GN 30 meter, maka maksimal Aperture (F Number) x Jarak Objek adalah 30 meter. Semisal Aperture yang anda gunakan adalah 4,5 (alias F/4,5) dan Jarak Objek adalah 3 meter, maka anda membutuhkan GN 4,5 x 3 = 13,5 meter ... berarti flash anda masih mampu menangani.

Pada saat anda menggunakan bounce, cahaya melalui jarak yang lebih jauh. Pada bouncing ke atap, maka secara estimasi jarak bisa dihitung dari penjumlahan : Jarak kamera ke objek + Jarak kamera ke atap. Semisal pada kasus tadi, jarak atap adalah 2 meter dari kamera, maka GN yang dibutuhkan adalah 4,5 x (3+2) = 22,5 ... lebih tinggi dari kebutuan sebelumnya. Begitulah seterusnya, dan anda bisa mengatur ISO dan Aperture untuk meng-kompensasi kebutuhan ini.

C. Alat yang dibutuhkan
Untuk lighting ber-bouncing ria, paling tidak anda akan membutuhkan 2 alat sebagai berikut :

1. Flash yang bisa Angguk dan Geleng
Ada banyak merek dan seri yang bisa dipilih, mulai dari flash murah meriah Yong Nuo YN462 seharga 400 ribuan, Nissin atau Sunpak yang berkisar pada harga 1.5 jutaan, sampai Nikon SB900 seharga 5 jutaan. Pilih yang sesuai dengan kebutuhan dan budget anda, yang penting bisa diatur sudut "tembak" nya.

Apabila terlanjur memiliki flash fix head, anda bisa menggunakan kabel flash untuk memberikan kebebasan pengaturan arah cahaya.


2. Bounce card
Flash modern biasanya memiliki bagian ini yang seperti lidah di sebelah atas head. Jika tidak ada, jangan khawatir. Anda bisa menggunakan kartu nama berwarna putih sebagai bounce card dan karet gelang untuk mengikat ke head flash (seperti gambar sebelumnya)

Berikut ini contoh foto yang diambil dengan 3 metode berbeda, yaitu direct, bouncing, dan bouncing + card.
 

Terlihat bahwa pada direct, warna akan tajam dan bayangan terlalu mengganggu. Sementara itu pada bounce bagian bawah akan terlihat gelap, dan tidak terlihat ada bayangan di dinding. Dan terakhir, pada bounce dangan card didapati hasil yang menurut saya optimal, dengan warna/light yang lebih merata.

Oke, selamat mencoba :D
Wahyu D, http://dzcapture.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar