Pada posting sebelumnya sudah dibahas mengenai ISO, Shutter Speed, dan Aperture (bukaan lensa). Kali ini kita akan membahas mengenai dasar Fotografi yang bernama Segitiga Eksposure (Exposure Triangle). Para master sekalian pasti sudah menguasai teori ini luar dalam, tapi mohon izinkan saya berbagi pemahaman, dan semoga tidak salah, hehehe.
Mungkin ada yang bertanya, buat apa teori kalau langsung bisa praktek ?Sebenarnya, tidak ada larangan untuk anda langsung ambil kamera, cari target/objek foto, langsung 'hajar bleh' dengan trial and error. Tapi kan, mohon maaf, jadinya kurang 'nyeni' kalau dasar-dasarnya blank. Pengetahuan dasar tetap akan anda butuhkan untuk menganalisa, dan mungkin suatu saat akan menyelamatkan sesi foto yang anda tangani.
Segitiga eksposure adalah diagram sederhana yang menggambarkan hubungan antara ISO, Shutter Speed, dan Aperture dengan eksposure (terang gelapnya) foto. Untuk lebih mudahnya, silahkan mengacu ke diagram berikut ini.
Di bagian tengah yang ditunjukkan dengan zona gelap adalah area exposure rendah. Pada area ini, mekanisme penangkapan gambar oleh kamera hanya menangkap sedikit dari jumlah cahaya yang tersedia. Parameternya adalah ISO rendah, Aperture kecil (angka F besar), dan Shutter cepat (semisal 1/500 S, 1/1000 S, dst)
Di bagian luar yang ditunjukkan dengan zona terang adalah daerah exposure tinggi. Pada area ini, mekanisme penangkapan gambar oleh kamera menangkap banyak dari jumlah cahaya yang tersedia. Parameternya adalah ISO tinggi, Aperture besar (angka F kecil), dan Shutter lambat (semisal 1/2 S, 1 S, dst). Pada area ini anda harus berhati-hati agar tidak Over Exposure (OE), alias terlalu terang.
Untuk menambah exposure, anda bisa menaikkan masing-masing parameter, namun dengan efek samping. Menaikkan ISO akan menambah noise pada foto. Menaikkan Aperture akan mempersempit Depth of Field (DoF), sehingga area tajam jadi tipis. Menaikkan lama shutter (alias menurunkan shutter speed) akan menyebabkan motion blur akibat gerakan objek maupun kamera.
Untuk mempertahankan eksposure, saat anda menambah satu parameter, maka anda harus mengurangi parameter yang lain, begitu juga sebaliknya. Istilah yang sering dipakai adalah 'stop'. Jika anda menaikkan satu 'stop' pada Aperture (misalkan untuk mendapat DoF tipis), anda bisa mempertahankan tingkat eksposure dengan menurunkan ISO satu 'stop', atau Shutter satu 'stop'.
'STOP'
Stop, maksudnya bukan berhenti dan tidak mengambil foto lagi :D, tapi kurang lebih semacam titik perhentian (mohon jangan diterjemahkan ke bahasa baku). Jarak satu stop secara teoretis adalah 2 kali tingkat lebih terang. Jadi untuk masing-masing parameter, pergerakan masing-masing stop dari kecil ke besar, kira-kira seperti berikut:
A. ISO : 100, 200, 400, 800, 1600 ... dst
B. Shutter : 1/400, 1/200, 1/100, 1/50, 1/25 ...dst
C. Aperture : F/4, F/5.6, F/8, F/11, F/16 ... dst
(Untuk aperture, faktor perkalian tiap stop adalah akar kuadrat 2, karena angka aperture diambil dari besaran diameter, sementara jumlah cahaya yang masuk berbanding lurus dengan luasannya yaitu 3.14 x (D/2)^2.)
Untuk penerapannya, gambar pada ISO 100, Shutter 1/100, F/8 akan kurang lebih sama terangnya dengan ISO 200, Shutter 1/200, F/8, atau juga dengan ISO 100, Shutter 1/200, F/4. Tentu saja secara aktual akan ada perbedaan karena karakter lensa, sensor, elektronik, dan juga sifat cahaya dan lingkungan.
Untuk lebih asiknya, silahkan diaplikasikan langsung di kamera anda :)
Selamat mencoba.
Salam belajar dan berbagi,
Wahyu D, dzcapture.blogspot.com
Rabu, 20 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dapat ilmu lagi dari sini...
BalasHapustengkyu mas buat ilmu2 yang berguna.. :)
BalasHapushahhha...... tarik kang, thank u ya tas penjelasan na, anyway klo cara tuk low speed gmana ya ???
BalasHapuswww.dmzsatria.co.cc